Senin, 08 September 2014

POTRET PENDIDIKAN


 Bone, 23Agustus 2014 adalah saksi sejarah perjalanan hidup saya sebagai volunteer dalam bidang pendidikan, Kabupaten  notabene nya melahirkan banyak cendikiawan dan intelektual muda ini nampaknya cuman dari luarnya aja. Kampung halaman dari Bapak Wakil Presiden RI yang terpilih sekarang mudah-mudahan lebih memperhatikan kampungnya sendiri sebagai agent of chage. Karena  lebih baik sukses dikampung kita sendiri dibanding sukses di kampungnya orang lain. kesenjangan pendidikan masih dialami disini seperti DDI Nur Annas Tompobulu Kec. Libureng Kab. Bone.Saya ingin berbagi pengalaman apa yang saya dapatkan di Bone ke blogger, Pertama menginjak sekolah tersebut kami (saya, Arman dan Abu)

langsung disapa oleh pintu gerbang yang tebuat dari bambu dengan perawakan yang tidak seimbang dengan sisi kanan dan kiri. Halaman yang begitu luas membuat pikiran saya agak tenang karena masih banyak pohon besar yang  terdapat disekolah tersebut. Bangunannya masih terbuat dari kayu teringat karya dari Andrea Hirata yaitu film laskar pelangi, sarana dan prasarana di sekolah ini  seperti buku-buku masih minim. Ruangannya ada 3. 1 kelas untuk MTS sederajat SMP,1 kelas  MA sederajat SMA dan ruangan terakhir itu lah ruang guru. Ruang selayaknya untuk guru bernaung dan melepas dahaga dikala dia sudah mengajar  akan tetapi tidak layak untuk ditempati sebenarnya kalau kita tinjau dengan sekolah yang ada di kota. Akan tetapi, ruangan yang sebegitu tidak layaknya di gunakan berbanding terbalik dengan euforianya para pendidik dan semua siswa-siswinya, semangat dari siswa-siswa DDI Nur Annas untuk belajar luar biasa, kalau di analogikakan seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya. Itu disebabkan karena jarangnya mereka menerima pelajaran. Dalam 1 hari bersyukur sekali kalau mereka menerima pelajaran full. Kami bersyukur sekali datang ke sekolah tersebut karena kami disambut bak sebagai orang asing yang ingin melakukan perubahan .  Sempat sedikit bercerita IBU Nasrah selaku Kepala Sekolah kepada kami mengenai kondisi di sekolah ini. Kedatangan kami sebenarnya cuman untuk bersilaturrahmi karena sekolah tersebut salah satu sekolah binaan kami dengan menjadi salah satu donatur buku-buku. Alhamdulilah, sekarang sudah mempunyai perpustakaan. Meskipun dengan buku seadanya tetapi sangatlah bermanfaat buat adek-adek. Sebuah kehormatan besar bagi kami karena diperkenankan untuk bisa berbagi ilmu dengan siswa-siswa nya, bercerita tentang nasionalisme dan penting nya ilmu membuat semua siswa-siswanya diam terpaku mendengar ocehan dari kami. Ketika saya bertanya ke salah seorang siswa tentang cita-citanya adek-adek apa? Dia menjawab “ingin jadi dokter kak.” Dan saya menjawab “Sebuah cita-cita mulia yang diimpikan ini adek mudah-mudahan bisa tercapai dengan catatan asalkan kamu rajin belajar, oke?” dan adek balik menjawab “Bagaimana bisa belajar kak, kalau suasananya seperti ini.” Tertegunlah mendengar curahan dari adek, rasanya seperti ditampar tetapi yang nampar itu siapa??   Klimaks nya itu ketika saya memainkan harmonika dihadapan adek-adek, seisi ruangan tiba-tiba hening mendengarkan lantunan lagu indonesia pusaka dan kami ber intuisi untuk membuat video dengan berkolaborasi  adek-adek untuk membawakan lagu indonesia pusaka. Sempat di ulang beberapa kali karena kesalahan teknis dalam penggarapan video ini akhirnya cukup memuaskan. Kebersamaan dengan adek-adek lah yang mengunggah hatiku untuk bisa kembali ketempat ini untuk berbagi dengan adek-adek. Senyum dan tertawa lepas mereka seakan-akan tidak memikul beban hirup pikuk kehidupan ini.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar